Medspin FK UNAIR 2015: Part 2
Hai, guys...’-‘)/ Setelah
sebelumnya aku udah cerita tentang pengalamanku ikut babak penyisihan medspin
di rayon Banjarmasin, kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku melewati
babak perempat dan semi final medspin waktu udah di Surabaya. Late post banget sih cuman siapa tau masih bermanfaatlah ya wkwkwk.
Awalnya, tanggal 20 November 2015,
aku, Sule, Irvan, dan Bu Rini berangkat dari rumah masing-masing menuju Bandara
Tjilik Riwut, Palangka Raya. Oh ya, guru pendamping kita di sini ganti, bukan
Bu Dahlia lagi karena ibunya ada urusan lain, jadi digantikan sama Bu Rini.
Sampai di sana, kita langsung check in
dan gak pakai delay, kita langsung
terbang ke Bandara Juanda, Surabaya. Nah, sampai di Bandara Juanda, kita
hubungin panitianya buat minta kejelasan di mana tempat kita harus nunggu buat
di jemput dan akhirnya nunggulah kita di depan AW. Sedikit informasi, jadi
kalau kita ikut Medspin itu, semua keperluan waktu udah di Surabaya mereka yang
tanggung. Mulai dari jemput di Bandara, penginapan (di asrama haji), makan pagi-siang-malam
selama kegiatan lomba, sampai diantar lagi ke Bandara. Jadi, selain uang buat
keperluan pribadi, kita udah gak perlu keluar uang lagi. Keluar uangnya cuma
sekali pas daftar ikut lomba dan biaya pesawat aja. Kecuali, ada tambahan guru
pendamping, untuk dapetin fasilitas yang sama seperti peserta, kita harus
nambah biaya Rp. 150.000,- atau Rp. 125.000,- (rada lupa mana yang bener,
wkwkwk).
Nah, akhirnya, setelah nunggu
sekitar 3 jam, kita bersama beberapa peserta lain dari seluruh Indonesia dijemput
juga sama panitianya, dan berangkat dari Bandara ke asrama haji sekitar pukul
lima sore. Waktu sampai di asrama haji, para peserta yang udah sampai duluan
baru aja selesai sholat Magrib berjamaah. Jadi, kita cepet-cepet selesaiin
daftar ulang peserta dan buru-buru ke kamar buat makan malam, mandi, terus
sholat. Di sana, aku di tempatin di kamar nomor B222 sama sembilan peserta
cewek lain, jadi total kita dalam satu kamar ada 10 orang dan kamar mandinya
cuma satu. Kita harus bener-bener pinter bagi waktu supaya gak ketinggalan bus
atau kegiatan. Sedangkan buat cowok, mungkin karena jumlah cowoknya lebih
sedikit dari jumlah cewek, jadi satu kamar ada yang cuma di isi sama 5 atau 7
orang aja.
Selesai makan, mandi, dan sholat,
sebetulnya aku mau belajar dulu (halah, sok -_-) tapi gak jadi soalnya kita
dipanggil sama Bu Rini buat jalan sama Kak Ilham. Kak Ilham ini adalah alumni
SMAN 2 Palangka Raya yang sekarang kuliah di FK UNAIR dan jadi panitia acara di
Medspin 2015. Akhirnya, kita jalan ke depan asrama haji dan nongkrong di warung
goreng bebek hitam atau apa gitulah namanya. Bu Rini ngajakin kita makan, tapi
aku kenyang banget, akhirnya yang makan cuma Bu Rini dan sisanya cuma minum
aja. Lalu, setelah puas bercengkrama sama Kak Ilham kita akhirnya mutusin buat
balik dan siap-siap lomba keesokan harinya.
Pas hari H, pagi-pagi banget kita
dibangunin sama panitia soalnya emang harus mandi cepet-cepet dan setelahnya
nunggu bis di depan asrama haji buat ke tempat lombanya di FK Unair. Sebelum
mulai acara, kita diminta untuk ikut pembukaan dulu di halaman depan FK Unair
dan di sana kita duduk sesuai nomor peserta. Waktu itu kita dapet nomor peserta
29 dan duduk di barisan ke tiga. Kemudian aku lihat-lihat ke anak ke depan kami
dan aku menyadari sesuatu, yaitu nomor peserta kita ini diambil dari ranking
pas penyisihan (waktu ini nilai penyisihannya dipublikasikan, tapi gak diurut
berdasarkan ranking, cuman aku inget aja sekolah mana yang paling tinggi
rankingnya saat itu dan kenal sama seragam sekolahnya). Jadi, bisa disimpulkan kalau kami berada di
rank 29 dari 125 tim saat itu. Walaupun gak tinggi-tinggi amat, kita jadi
optimitis masuk ke babak perempatfinal karena yang diambil itu 50 dari 125
peserta.
Setelah pembukaan, para ketua tim di
panggil masuk ke ruangan buat ikut technical
meeting. Di sana kita dikasih, peta
buta yang berisi 25 pos, terdiri 5 pos soal mudah, 5 pos soal sedang, 5 pos
soal sulit, 5 pos battle, dan 5 pos games. Tiap pos, kecuali pos games dan
battle, kita bakal dikasih soal fisika, kimia, dan biologi masing-masing 3 jadi
total ada 9 soal. Sedangkan buat pos games, bener-bener random, bisa jadi
disuruh nyusun puzzle yang berhubungan sama ilmu kedokteran dasar, dan
lain-lain. Terakhir, untuk pos battle, kita bakal dihadapin sama tim lain dan
tim yang dapat poin cuma tim yang menang aja. Kita dikasih waktu 100 menit
untuk menyelesaikan keseluruhan 25 pos itu yang artinya kita cuma punya waktu 4
menit buat satu pos belum ditambah pindah-pindah dari pos satu ke pos lainnya
yang kadang jauh banget, karena pos terdekat penuh (jadi emang ada kuota gitu,
satu pos cuma bisa diisi sama 5 tim, kalau lebih kita harus nunggu atau cari
pos lain). Selain itu, untuk bisa dinilai lembar jawabannya kita harus
mengumpulkan stampel dari masing-masing 3 pos soal mudah, sedang, sulit,
battle, dan games. Jadi gak bisa cuma mengerjain 20 soal tanpa mengerjakan 5
soal di pos sulit. Selain itu, di pos-pos tadi ada juga pos yang menyimpan
petunjuk untuk soal bonus. Soal bonus ini akan dikumpul jawabannya saat babak
perempat final berakhir dan yang benar akan dapat poin tambahan. Sejenis
teka-teki gitu deh.
Begitu setelah TM, para ketua tim pun
keluar dan dikasih waktu 10 menit untuk menjelaskan ke masing-masing anggota
timnya tentang perlombaan dan strategi apa yang mau dipakai. Dan sejujurnya,
strategi kayak apapun bakal hancur juga gara-gara pos yang penuh. Jadi, kita
musti siap menjalani segala kondisi. Dan jujurnya lagi, yang bikin capek bukan
soalnya, tapi larinya. Begitu bel tanda babak perempat final di mulai anak-anak
yang jumlahnya ada sekitar 450 orang dan ditambah lagi panitia harus lari-lari
ke sana kemari kayak sarang tawon abis gangguin orang terus pada mencar L
Pos pertama yang berhasil kami capai
adalah pos 4 dan ternyata itu adalah pos soal sedang. Kalau dipikir-pikir lagi,
sebetulnya aku bisa jawab full soal
ini, tapi berhubung, Surabaya panas menyengat dan capek abis lari-lari akhirnya
cuma sempet ke jawab nomor 1 sama 2, mau jawab nomor 3 udah abis waktu
gara-gara kelamaan mikir sama kelamaan ambil napas dulu. Beruntung pos-pos
selanjutnya gak begitu susah, apalagi pos games sama pos battle. Saat itu
karena waktunya mepet, timku cuma sempat main di 3 pos battle dan lagian sisa 2
pos lainnya kalau kalah bisa kena tumpahan tepung gitu, jadi kami males banget
mainnya. Kami akhirnya milihnya ke pos games yang permainannya mirip petak
jungkit tapi petaknya ada 10 x 4. Waktu itu yang mewakili tim kami adalah Sule,
melawan anak perempuan dari salah satu sekolah di Bekasi, lupa namanya.
Peraturannya adalah mereka harus suit dan yang menang suit bisa maju ke salah
satu kotak yang ada di depannya setelah menjawab pertanyaan yang diberikan.
Kalau jawabannya salah harus mundur lagi, dan kalau berutung terkadang ada
petak bonus atau yang gak ada pertanyaannya, yang lebih maju petaknya dalam
waktu 4 menit dia yang menang. Dan, lucky
banget, selama 9 kali Suit Sule menang terus dan dia hampir selalu milih
petak bonus. Pernah gak milih petak bonus tapi kita beruntung banget lagi
karena waktu itu nama bakteri dari pertanyaannya sama dengan nama penyakitnya,
padahal Sule cuma nebak doang. Dan anak perempuan dari Bekasi itu sekali bener,
sekali salah, jadi dia tetap di tempat start.
Dan pos terakhir yang kita pilih kemudian itu adalah pos games lagi, di sini
kita mengirim satu perwakilan lagi untuk melihat gambar dari panitia dan harus
nerangin ke kita apa yang harus di gambar, soalnya gambarnya gantian. Setiap
penanya keangkat maka harus ganti orang lagi dan tenyata yang harus di gambar
adalah anatomi manusia. Aku sama Sule yang takut cuma nyalah-nyalahin doang
akhirnya cuma nulis titik, biar penanya cepet-cepet balik ke Irvan.
Dan-dan-dan..... sialnya di saat yang lagi krusial itu tanganku kepeleset waktu
megang penanya, sampai akhirnya pinggung manusia yang aku gambar jadi runcing
ke kanan L
waktu aku balikin kertas sama penanya ke Irvan, dia langsung bilang “Ya Allah
monster.” Bisa dibayangin sendiri gimana tanganku saat itu menghancurkan maha
karyanya Irvan.
Begitu waktunya kita langsung kasih
gambarnya ke panitia dan kedua panitia yang nerima gambar kita saat itu
langsung ketawa, gak pake ditahan pula. Sedangkan pas nerima gambar dari tim
yang satunya panitianya biasa aja. Sedih rasanya, apalagi waktu itu pos
terakhir yang bisa kita capai karena waktu babak perempat finalnya udah sisa 2
menit jadi gak mungkin banget kita pindah ke pos lain lagi. Jadi, kita cuma
nunggu hasil pemenang pos ini dan stampel. Eh tapi ternyata gak tahu dari
mananya, pas kita di kasih stampel mbak-mbak panitianya kasih tahu kalau kita
yang menang. Mungkin sih yang dilihat seberapa banyak organ tubuh yang digambar
dan bukan bagusnya, jadi kita yang menang.
Terus akhirnya kita ngasih stampel kita
yang udah ke 21 pos ke panitia dan agak hopeless
pas liat tim lain yang ngumpul stampel juga udah selesai 25 pos semua. Gak
ngerti itu mereka bisa terbang apa atlet apa gimana, soalnya kita bertiga capek
banget lari-lari jadi gak selesai 25 pos mereka malah selesai gitu.
Terus akhirnya kita dikasih waktu
istirahat sebentar buat ishoma dan sekitar jam 1 siang semua ketua tim
dipanggil masuk lagi ke suatu ruangan buat ngumumin yang masuk 50 besar siapa
aja. Dan cara ngumuminnya itu pakai foto, jadi kalau foto kita atau tim kita
ada di situ berarti tim kita lolos. Dan waktu aku liat timku lolos rasanya
biasa aja, soalnya emang gak terlalu berharap dan terlalu pesimis juga, intinya
biasa aja, jalani aja. Justru aku kaget waktu ada anak yang duduk sekitar 10-15
kursi dariku (kursinya kosong) teriak keras banget “Ya Gusti!”. Asli semua
orang langsung pada liatin dia bahkan aku sama temen sekamarku yang baru
kenalan kemarin mikir kalau dia ayan perlu di tolong, soalnya gaya sambil
elus-elus dada dan duduknya jadi melengkung gitu kayak orang sesak napas. Taunya
pas ditanyain sama sebelah dia cuma kesenengan masuk semifinal --“
Selanjutnya, kita yang masuk babak
semifinal langsung dikasih pengarahan buat babak semifinalnya. Jadi, 50 tim ini
bakal di bagi dua kloter, 25 tim dari kloter 1 bakal ngerjain soal uraian
singkat duluan, kemudian 25 tim kloter 2 bakal ngerjain soal praktikum duluan,
terus gantian. Waktu itu timku masuk kloter ke 2, jadi kita praktikum duluan. Praktikumnya
waktu itu praktikum anatomi dan histologi, jadi disediain preparat tulang,
gambar, sama mikroskop buat kita jawab soal. Teknis jawab soalnya sama kayak
tentamen praktikum beneran (kalau entar masuk FK atau FKG pasti ngerasain).
Jadi waktu itu soalnya ada 50, yang berarti ada 50 pos juga, 25 buat anatomi
dan 25 buat histologi. Satu soal ada bagian a) dan b) jadi sama aja sebetulnya
soalnya 100 dan waktu buat satu soal adalah 1 menit. Waktu itu, kalau gak
salah, tim kami mulai dari nomor 47. Jadi, sistemnya tentamen itu tiap pos diisi
oleh satu tim (kalau udah kuliah ya sendiri), kemudian nanti kita bakal di pos
itu bakal ada pertanyaan dan waktu jawabnya cuma satu menit (kalau udah kuliah
kadang ada yang cuma 30 detik buat 1 soal beranak 2-4). Kalau udah satu menit
berlalu nanti bakal ada bel dan kita musti pindah ke pos disebelahnya secara
berurutan (bisa lebih besar atau lebih kecil tergantung kesepakatan) sampai
akhirnya nanti kita bakal balik ke nomor pertama kita ngerjain soalnya. Dan waktu
itu, aku sama sekali gak ngebantu jawab apapun karena asli aku gak paham
biologi sama sekali dan cuma sok-sokan liat mikroskop pas ada panitia lewat
doang padahal yang jawab cuma Irvan sama Sule. Waktu itu juga aku belum bisa
bedaan preparat satu sama yang lainnya, jadi waktu itu kalau disuruh jawab soal
histologi mungkin semuanya bakal aku jawab bawang. LOL. Terus buat yang
anatomi, itu gambarnya ada yang pake gambar asli dan bikin jijik banget pas
ngeliat organ kelamin laki-laki yang diiris. Asli nyeri banget liatnya, mau
pindah ke pos selanjutnya tapi waktunya belum 1 menit, dan justru Irvan sama
Sule ngeliatnya biasa aja. Aneh banget, padahal itu diiris melintang gitu ya
Allah. Kalau gak salah inget (males nginget sih sebetulnya) dalamnya itu kayak
ada ‘semacam’ plastik tipis kayak dicumi-cumi gitu. Cuman aku juga gak yakin
sama apa yang aku liat karena aku liatnya cuma bentar banget terus udah. Dan, as always, kita selalu jadi tim yang
paling ribut di mana pun dan kapan pun sampe pas akhirnya kita keluar dari
ruang praktikum ada panitia yang bilang gini, “Anak SMAN 2 Palangka Raya emang
pada berisik atau cuma kalian dan Ilham aja?”
Aku cuma nyengir, terus kita langsung
rolling tempat sama kloter satu buat ngerjain soal uraian singkat. Di babak ini
kita bakal ngerjain masing-masing 10 soal dari fisika, kimia, dan biologi dalam
waktu 4 menit, jadi total ada 30 soal. Teknisnya, kita begitu musti duduk
berjejer dan di depan masing-masing tim akan ada panitia yang nanti mengambil
lembar jawaban kami kalau 4 menit udah berlalu. Jadi satu lembar jawaban buat 1
soal. Soalnya sendiri bakal ditampilin di power
point dan begitu sudah 4 menit
berlalu nanti akan langsung di next
ke slide berikutnya. Jadi, musti
bener-bener cepet mikir dan jawabnya karena gak ada kesempatan buat perbaikin
jawaban lagi diakhir dan soalnya musti dijawab saat itu juga karena kertasnya
langsung diambil.
Begitu selesai babak ini, kita langsung
kocar-kacir ke parkiran FK UNAIR di mana di sana di adain bazar soalnya kita
lagi lomba. Terus dengan baik hatinya Bu Rini pada neraktirin kita. Ibunya sering
banget nawarin kita makan mulai dari kita di bandara sampai di asrama haji dan
di mana pun juga, pokoknya Bu Rini pasti mastiin kalau kami gak kelaparan. Jiwanya
keibuan sekali emang.
Terus, kira-kira sejam, kita di kumpulin
lagi di tempat tes uraian singkat tadi buat pengumuman yang masuk ke babak
final. Pengumumannya dibagi jadi 5 kloter, 1 kloter diisi sama 10 ketua tim dan
waktu itu kita kebagian kloter ke 5 dan slot buat ke final itu cuma sisa 2. Artinya,
dari 10 ketua tim yang maju saat itu cuma akan ada dua yang lolos dan rasanya
udah gak biasa aja, udah mulai ke pesimis sih. Apalagi waktu itu pengumuman
lolosnya antimainstream banget, jadi dari 10 ketua tim yang maju itu
masing-masing dikasih balon yang musti dipegang dibelakang pungung dan yang gak
lolos bakal dipecahin balonnya. Dan karena aku dirinya diujung jadi udah pasti
aku mikir balonnya bakal dipecahin duluan. Taunya enggak, aku dilewatin aja
saat itu, sampe akhirnya saat cuma sisa 4 orang lain, si pemecah balon yang gak
lain adalah kakak kelasku waktu SMA alias Kak Ilham mecahin balonku juga dengan
phpnya. Aku pikir udah dilewati ya udah, taunya dia balik lagi