Judul : HEX HALL
Penulis : Rachel Hawkins
Penerjemah : Dina Begum
Penerbit : Ufuk Press
Tahun
Terbit : 2011
Cover : Soft cover
Harga : Rp 60.000,-
Halaman : 240 halaman
No. ISBN : 9786029346107
Saat
ulang tahunnya yang kedua belas, Sophie Mercer mendapati kalau dirinya ternyata
seorang penyihir. Tiga tahun kemudian, akibat mantranya mengacaukan pesta dansa
di sekolah, dia diasingkan ke Hex Hall, sekolah bagi anak-anak bandel
Prodigium—penyihir, peri, vampir, warlock, dan shapeshifter. Pada akhir hari
pertama berada di antara sesama remaja aneh di Hex Hall, Sophie mendapati hal
yang mengesankan: naksir kepada cowok warlock ganteng, bermusuhan dengan tiga
cewek yang berwajah bagaikan supermodel, terus dibuntuti hantu menyeramkan, dan
tinggal sekamar dengan orang yang paling dibenci dan satu-satunya vampir di
sekolah. Lebih buruk lagi, Sophie segera mendapati bahwa ada makhluk misterius
yang menyerang murid-murid, dan satu-satunya teman yang dimilikinya merupakan
tersangka nomor satu. Sementara serangkaian misteri yang mengerikan mulai
terungkap, Sophie bersiap-siap menghadapi ancaman yang paling besar: kelompok
rahasia kuno yang bertekad untuk menghancurkan semua Prodigium, khususnya
dirinya.
***
Ini adalah kali pertama aku baca
karangannya Rachel Hawkins dan.... aku tertarik buat baca yang kedua! Sekedar
info kalau novel ini ada yang seri kedua dan ketiganya, tapi aku belum baca.
Hehehe...
Aku awalnya memang suka novel
fantasi dan kebetulan banget nemu novel ini pas lagi jalan liburan kemarin. Karena
memang selesai tahun baru aku gak kemana-mana (dari tanggal 1 sampai 4 Januari)
aku berhasil ‘melahap’ 1 - 2 novel dalam sehari! (Sok -_-”)
Bicara soal HEX HALL, aku udah suka
dan memutuskan akan baca sampai selesai dari mulai baca prolognya. Soalnya, ada
bagian yang lucu di situ. Penasaran? Baca aja! Wkwk. Dan hal lain yang aku suka
dari novel ini adalah gaya menulis si pengarang, walau kadang kejadiannya lagi
serius, tapi pikiran Sophie masih enak untuk diikuti. Serius, tapi simple. Anak
muda banget, deh! Terkadang ‘kan, ada novel remaja yang penulisnya sudah tua
dan akhirnya pemikiran itu remaja jadi ketuaan 10 tahun.
Lanjut ke karakter. Aku hampir gak
punyak masalah sama penggambaran karakter-karakter di HEX HALL. Soalnya, aku
tipe orang yang menganut nobody’s
perfect, gak seperti karakter-karakter yang ditampilin di banyak novel
teenlit Indonesia, Sophie dkk termasuk anak-anak ‘normal’ di luar kemampuan
khusus turunan orangtua mereka. Mereka masih punya kelemahan dibalik
kelebihannya. Gak seperti kebayakan novel teenlit Indonesia yang pemeran
utamanya punya hati malaikat, cerdas, bak model, dan kaya raya, udah gitu
punya pacar setia pula tapi dia malah naksir anak berandalan terus galau milih
yang mana. Gak bermaksud untuk menge-bash
karya anak bangsa, ya, ‘kan menurutku kebanyakan, bukan semuanya. Fiksi, sih,
fiksi, tapi kalau novelnya masih seputar dunia remaja, ya, dibuat lebih
manusiawilah. Okay, back to HEX HALL.
Sesuatu yang mengganjal dinovel ini hanya tukang kebun yang katanya seperti
model majalah. Walaupun bagian ini singkat, tapi itu udah cukup untuk ngebuat
aku teringat FTV-FTV alay Indonesia yang judulnya semacam ‘Supirku Ganteng Sekali’ padahal yang jadi supir itu anak orang kaya
yang nyamar demi nemuin cinta sejatinya. Aduh! Gak bisa bayangin eyke, cyin!
Tapi,
walaupun sama-sama novel fantasi, menurutku, HEX HALL masih lebih ringan dibanding
Harpot dan Percy Jackson. Mungkin hal ini karena adegan berantemnya gak
sebanyak Percy (namanya juga si Sophie cewek) dan mantra-mantranya sihirnya gak
seperti Harpot. Dua hal ini yang bikin aku jadi kurang ‘greget’ waktu bacanya,
walaupun secara keseluruhan memang menghibur. Tapi, karena kurangnya adegan
‘jagoan’, novel ini jadi berakhir dengan cepat. Di mana di awal cerita kita
udah penasaran banget sama akhirnya, udah baca perjalanan lika-likunya dari
mulai yang basa basi doang sampai yang penting, eh, tahunya akhirnya singkat
gitu. Kalau di jadiin film adegan pas ngelawan musuh terakhir paling 5 detik. Kalau
buat mantranya sih, enggak terlalu masalah sebetulnya. Soalnya, mungkin takut
dibilang plagiat juga kali, ya. Tapi, ada juga, lho, sihir yang aku suka di novel ini, yaitu sihir yang mencerminkan
kenyamanan seseorang.
Akhir
kata, novel ini termasuk bagus dan bisa direkomendasikan buat kamu yang suka
baca novel fantasi ringan. 3,4 bintang buat Mbak Rachel. :*
Ps.
Setelah aku ubek-ubek gugel, sepertinya novel ini emang gak ada versi e-book.
Jadi, buat yang pengen baca bisa beli di tokbuk terdekat (kalau masih ada) atau
via online di sini.