"Selalu ada kali pertama untuk segalanya."
Sudah enggak asing sama kalimat di atas, kan? Entah siapa orang yang pertama kali mencetuskan kalimat tersebut, tapi memang selalu ada yang pertama untuk segalanya. Pertama masuk sekolah, pertama bisa menulis, pertama bisa berjalan, pertama membuat facebook, pertama berkenalan dengan seseorang, pertama jatuh cinta, dan pertama nge-blog.
Untuk beberapa orang, mungkin kata pertama, kedua, dan ketiga itu cuma sekedar urutan dan terkesan sederhana. Tapi, ada juga beberapa orang yang mengganggap kata pertama ini penting, contohnya dalam procedure text. Tanpa langkah pertama, tidak akan ada langkah kedua dan selanjutnya. Tanpa melakukan langkah pertama, mungkin kita tidak akan pernah sampai di langkah terakhir. Dan untuk menjadi yang pertama, beberapa orang rela melakukan segalanya.
Tapi walaupun begitu, bukan berarti seseorang harus 'mencintai' pertamanya dengan berlebihan. Sama halnya dengan membaca sebuah novel. Terkadang, kita terlalu menikmati membaca halaman atau bab pertama hingga berakhir dengan membaca bagian yang sama berulang-ulang. Padahal, hal itu malah menghambat kita untuk membuka halaman selanjutnya.
Dan yang lebih buruk lagi adalah saat ada seseorang yang enggan melanjutkan melangkah karena langkah pertamanya begitu buruk. Mungkin, dia lupa, saat pertama kali mencoba berdiri dia perlu merangkak dan jatuh berkali-kali. Mungkin, dia tidak tahu, ada berapa banyak percobaan Thomas Alva Edison yang gagal sebelum sanggup menciptakan lampu pijar. Mungkin, dia juga tidak tahu berapa kali J.K. Rowling di tolak penerbit untuk novel Harry Potter. Dan hal paling menyedihkan yang mungkin adalah dia cuma lelah. Lelah untuk kembali melangkah.
But, this is me! And this is my first post. I'm now ready to move on to the next post of my blog and to the next step of my life. Happy new year everyone!
Follow me @Fairynas