Menu

Fashion Trendy
  • Drop Down

    • Abstract
    • Model
    • Techo
    • Options
  • Photography Pictures Product

    Drop Menu

    • Crystal
    • Digital
    • Graphs
    • Settings
  • Menu

    Fairynas

    Saat segalanya masih berada di ujung pena

    • Home
    • Digital Art
      • Pics
        • SEO 1
        • SEO 2
      • CSS
        • CSS 1
        • CSS 2
        • CSS 3
        • CSS 4
        • CSS 5
      • Jquery
        • Jquery 1
        • Jquery 2
    • Fashion
      • Product 1
        • Sub Item
        • Sub Item
      • Product 2
        • Sub Item
        • Sub Item
    • Photography
    • Design
    Go
    Home » Unlabelled » Medspin FK UNAIR 2015: Part 2

    Medspin FK UNAIR 2015: Part 2

    Medspin FK UNAIR 2015: Part 2
                Hai, guys...’-‘)/  Setelah sebelumnya aku udah cerita tentang pengalamanku ikut babak penyisihan medspin di rayon Banjarmasin, kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku melewati babak perempat dan semi final medspin waktu udah di Surabaya. Late post banget sih cuman siapa tau masih bermanfaatlah ya wkwkwk.
                Awalnya, tanggal 20 November 2015, aku, Sule, Irvan, dan Bu Rini berangkat dari rumah masing-masing menuju Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya. Oh ya, guru pendamping kita di sini ganti, bukan Bu Dahlia lagi karena ibunya ada urusan lain, jadi digantikan sama Bu Rini. Sampai di sana, kita langsung check in dan gak pakai delay, kita langsung terbang ke Bandara Juanda, Surabaya. Nah, sampai di Bandara Juanda, kita hubungin panitianya buat minta kejelasan di mana tempat kita harus nunggu buat di jemput dan akhirnya nunggulah kita di depan AW. Sedikit informasi, jadi kalau kita ikut Medspin itu, semua keperluan waktu udah di Surabaya mereka yang tanggung. Mulai dari jemput di Bandara, penginapan (di asrama haji), makan pagi-siang-malam selama kegiatan lomba, sampai diantar lagi ke Bandara. Jadi, selain uang buat keperluan pribadi, kita udah gak perlu keluar uang lagi. Keluar uangnya cuma sekali pas daftar ikut lomba dan biaya pesawat aja. Kecuali, ada tambahan guru pendamping, untuk dapetin fasilitas yang sama seperti peserta, kita harus nambah biaya Rp. 150.000,- atau Rp. 125.000,- (rada lupa mana yang bener, wkwkwk).
                Nah, akhirnya, setelah nunggu sekitar 3 jam, kita bersama beberapa peserta lain dari seluruh Indonesia dijemput juga sama panitianya, dan berangkat dari Bandara ke asrama haji sekitar pukul lima sore. Waktu sampai di asrama haji, para peserta yang udah sampai duluan baru aja selesai sholat Magrib berjamaah. Jadi, kita cepet-cepet selesaiin daftar ulang peserta dan buru-buru ke kamar buat makan malam, mandi, terus sholat. Di sana, aku di tempatin di kamar nomor B222 sama sembilan peserta cewek lain, jadi total kita dalam satu kamar ada 10 orang dan kamar mandinya cuma satu. Kita harus bener-bener pinter bagi waktu supaya gak ketinggalan bus atau kegiatan. Sedangkan buat cowok, mungkin karena jumlah cowoknya lebih sedikit dari jumlah cewek, jadi satu kamar ada yang cuma di isi sama 5 atau 7 orang aja.
                Selesai makan, mandi, dan sholat, sebetulnya aku mau belajar dulu (halah, sok -_-) tapi gak jadi soalnya kita dipanggil sama Bu Rini buat jalan sama Kak Ilham. Kak Ilham ini adalah alumni SMAN 2 Palangka Raya yang sekarang kuliah di FK UNAIR dan jadi panitia acara di Medspin 2015. Akhirnya, kita jalan ke depan asrama haji dan nongkrong di warung goreng bebek hitam atau apa gitulah namanya. Bu Rini ngajakin kita makan, tapi aku kenyang banget, akhirnya yang makan cuma Bu Rini dan sisanya cuma minum aja. Lalu, setelah puas bercengkrama sama Kak Ilham kita akhirnya mutusin buat balik dan siap-siap lomba keesokan harinya.
           Pas hari H, pagi-pagi banget kita dibangunin sama panitia soalnya emang harus mandi cepet-cepet dan setelahnya nunggu bis di depan asrama haji buat ke tempat lombanya di FK Unair. Sebelum mulai acara, kita diminta untuk ikut pembukaan dulu di halaman depan FK Unair dan di sana kita duduk sesuai nomor peserta. Waktu itu kita dapet nomor peserta 29 dan duduk di barisan ke tiga. Kemudian aku lihat-lihat ke anak ke depan kami dan aku menyadari sesuatu, yaitu nomor peserta kita ini diambil dari ranking pas penyisihan (waktu ini nilai penyisihannya dipublikasikan, tapi gak diurut berdasarkan ranking, cuman aku inget aja sekolah mana yang paling tinggi rankingnya saat itu dan kenal sama seragam sekolahnya).  Jadi, bisa disimpulkan kalau kami berada di rank 29 dari 125 tim saat itu. Walaupun gak tinggi-tinggi amat, kita jadi optimitis masuk ke babak perempatfinal karena yang diambil itu 50 dari 125 peserta.
           Setelah pembukaan, para ketua tim di panggil masuk ke ruangan buat ikut technical meeting. Di sana kita dikasih, peta buta yang berisi 25 pos, terdiri 5 pos soal mudah, 5 pos soal sedang, 5 pos soal sulit, 5 pos battle, dan 5 pos games. Tiap pos, kecuali pos games dan battle, kita bakal dikasih soal fisika, kimia, dan biologi masing-masing 3 jadi total ada 9 soal. Sedangkan buat pos games, bener-bener random, bisa jadi disuruh nyusun puzzle yang berhubungan sama ilmu kedokteran dasar, dan lain-lain. Terakhir, untuk pos battle, kita bakal dihadapin sama tim lain dan tim yang dapat poin cuma tim yang menang aja. Kita dikasih waktu 100 menit untuk menyelesaikan keseluruhan 25 pos itu yang artinya kita cuma punya waktu 4 menit buat satu pos belum ditambah pindah-pindah dari pos satu ke pos lainnya yang kadang jauh banget, karena pos terdekat penuh (jadi emang ada kuota gitu, satu pos cuma bisa diisi sama 5 tim, kalau lebih kita harus nunggu atau cari pos lain). Selain itu, untuk bisa dinilai lembar jawabannya kita harus mengumpulkan stampel dari masing-masing 3 pos soal mudah, sedang, sulit, battle, dan games. Jadi gak bisa cuma mengerjain 20 soal tanpa mengerjakan 5 soal di pos sulit. Selain itu, di pos-pos tadi ada juga pos yang menyimpan petunjuk untuk soal bonus. Soal bonus ini akan dikumpul jawabannya saat babak perempat final berakhir dan yang benar akan dapat poin tambahan. Sejenis teka-teki gitu deh.
           Begitu setelah TM, para ketua tim pun keluar dan dikasih waktu 10 menit untuk menjelaskan ke masing-masing anggota timnya tentang perlombaan dan strategi apa yang mau dipakai. Dan sejujurnya, strategi kayak apapun bakal hancur juga gara-gara pos yang penuh. Jadi, kita musti siap menjalani segala kondisi. Dan jujurnya lagi, yang bikin capek bukan soalnya, tapi larinya. Begitu bel tanda babak perempat final di mulai anak-anak yang jumlahnya ada sekitar 450 orang dan ditambah lagi panitia harus lari-lari ke sana kemari kayak sarang tawon abis gangguin orang terus pada mencar L
           Pos pertama yang berhasil kami capai adalah pos 4 dan ternyata itu adalah pos soal sedang. Kalau dipikir-pikir lagi, sebetulnya aku bisa jawab full soal ini, tapi berhubung, Surabaya panas menyengat dan capek abis lari-lari akhirnya cuma sempet ke jawab nomor 1 sama 2, mau jawab nomor 3 udah abis waktu gara-gara kelamaan mikir sama kelamaan ambil napas dulu. Beruntung pos-pos selanjutnya gak begitu susah, apalagi pos games sama pos battle. Saat itu karena waktunya mepet, timku cuma sempat main di 3 pos battle dan lagian sisa 2 pos lainnya kalau kalah bisa kena tumpahan tepung gitu, jadi kami males banget mainnya. Kami akhirnya milihnya ke pos games yang permainannya mirip petak jungkit tapi petaknya ada 10 x 4. Waktu itu yang mewakili tim kami adalah Sule, melawan anak perempuan dari salah satu sekolah di Bekasi, lupa namanya. Peraturannya adalah mereka harus suit dan yang menang suit bisa maju ke salah satu kotak yang ada di depannya setelah menjawab pertanyaan yang diberikan. Kalau jawabannya salah harus mundur lagi, dan kalau berutung terkadang ada petak bonus atau yang gak ada pertanyaannya, yang lebih maju petaknya dalam waktu 4 menit dia yang menang. Dan, lucky banget, selama 9 kali Suit Sule menang terus dan dia hampir selalu milih petak bonus. Pernah gak milih petak bonus tapi kita beruntung banget lagi karena waktu itu nama bakteri dari pertanyaannya sama dengan nama penyakitnya, padahal Sule cuma nebak doang. Dan anak perempuan dari Bekasi itu sekali bener, sekali salah, jadi dia tetap di tempat start. Dan pos terakhir yang kita pilih kemudian itu adalah pos games lagi, di sini kita mengirim satu perwakilan lagi untuk melihat gambar dari panitia dan harus nerangin ke kita apa yang harus di gambar, soalnya gambarnya gantian. Setiap penanya keangkat maka harus ganti orang lagi dan tenyata yang harus di gambar adalah anatomi manusia. Aku sama Sule yang takut cuma nyalah-nyalahin doang akhirnya cuma nulis titik, biar penanya cepet-cepet balik ke Irvan. Dan-dan-dan..... sialnya di saat yang lagi krusial itu tanganku kepeleset waktu megang penanya, sampai akhirnya pinggung manusia yang aku gambar jadi runcing ke kanan L waktu aku balikin kertas sama penanya ke Irvan, dia langsung bilang “Ya Allah monster.” Bisa dibayangin sendiri gimana tanganku saat itu menghancurkan maha karyanya Irvan.
           Begitu waktunya kita langsung kasih gambarnya ke panitia dan kedua panitia yang nerima gambar kita saat itu langsung ketawa, gak pake ditahan pula. Sedangkan pas nerima gambar dari tim yang satunya panitianya biasa aja. Sedih rasanya, apalagi waktu itu pos terakhir yang bisa kita capai karena waktu babak perempat finalnya udah sisa 2 menit jadi gak mungkin banget kita pindah ke pos lain lagi. Jadi, kita cuma nunggu hasil pemenang pos ini dan stampel. Eh tapi ternyata gak tahu dari mananya, pas kita di kasih stampel mbak-mbak panitianya kasih tahu kalau kita yang menang. Mungkin sih yang dilihat seberapa banyak organ tubuh yang digambar dan bukan bagusnya, jadi kita yang menang.
           Terus akhirnya kita ngasih stampel kita yang udah ke 21 pos ke panitia dan agak hopeless pas liat tim lain yang ngumpul stampel juga udah selesai 25 pos semua. Gak ngerti itu mereka bisa terbang apa atlet apa gimana, soalnya kita bertiga capek banget lari-lari jadi gak selesai 25 pos mereka malah selesai gitu.
           Terus akhirnya kita dikasih waktu istirahat sebentar buat ishoma dan sekitar jam 1 siang semua ketua tim dipanggil masuk lagi ke suatu ruangan buat ngumumin yang masuk 50 besar siapa aja. Dan cara ngumuminnya itu pakai foto, jadi kalau foto kita atau tim kita ada di situ berarti tim kita lolos. Dan waktu aku liat timku lolos rasanya biasa aja, soalnya emang gak terlalu berharap dan terlalu pesimis juga, intinya biasa aja, jalani aja. Justru aku kaget waktu ada anak yang duduk sekitar 10-15 kursi dariku (kursinya kosong) teriak keras banget “Ya Gusti!”. Asli semua orang langsung pada liatin dia bahkan aku sama temen sekamarku yang baru kenalan kemarin mikir kalau dia ayan perlu di tolong, soalnya gaya sambil elus-elus dada dan duduknya jadi melengkung gitu kayak orang sesak napas. Taunya pas ditanyain sama sebelah dia cuma kesenengan masuk semifinal --“
           Selanjutnya, kita yang masuk babak semifinal langsung dikasih pengarahan buat babak semifinalnya. Jadi, 50 tim ini bakal di bagi dua kloter, 25 tim dari kloter 1 bakal ngerjain soal uraian singkat duluan, kemudian 25 tim kloter 2 bakal ngerjain soal praktikum duluan, terus gantian. Waktu itu timku masuk kloter ke 2, jadi kita praktikum duluan. Praktikumnya waktu itu praktikum anatomi dan histologi, jadi disediain preparat tulang, gambar, sama mikroskop buat kita jawab soal. Teknis jawab soalnya sama kayak tentamen praktikum beneran (kalau entar masuk FK atau FKG pasti ngerasain). Jadi waktu itu soalnya ada 50, yang berarti ada 50 pos juga, 25 buat anatomi dan 25 buat histologi. Satu soal ada bagian a) dan b) jadi sama aja sebetulnya soalnya 100 dan waktu buat satu soal adalah 1 menit. Waktu itu, kalau gak salah, tim kami mulai dari nomor 47. Jadi, sistemnya tentamen itu tiap pos diisi oleh satu tim (kalau udah kuliah ya sendiri), kemudian nanti kita bakal di pos itu bakal ada pertanyaan dan waktu jawabnya cuma satu menit (kalau udah kuliah kadang ada yang cuma 30 detik buat 1 soal beranak 2-4). Kalau udah satu menit berlalu nanti bakal ada bel dan kita musti pindah ke pos disebelahnya secara berurutan (bisa lebih besar atau lebih kecil tergantung kesepakatan) sampai akhirnya nanti kita bakal balik ke nomor pertama kita ngerjain soalnya. Dan waktu itu, aku sama sekali gak ngebantu jawab apapun karena asli aku gak paham biologi sama sekali dan cuma sok-sokan liat mikroskop pas ada panitia lewat doang padahal yang jawab cuma Irvan sama Sule. Waktu itu juga aku belum bisa bedaan preparat satu sama yang lainnya, jadi waktu itu kalau disuruh jawab soal histologi mungkin semuanya bakal aku jawab bawang. LOL. Terus buat yang anatomi, itu gambarnya ada yang pake gambar asli dan bikin jijik banget pas ngeliat organ kelamin laki-laki yang diiris. Asli nyeri banget liatnya, mau pindah ke pos selanjutnya tapi waktunya belum 1 menit, dan justru Irvan sama Sule ngeliatnya biasa aja. Aneh banget, padahal itu diiris melintang gitu ya Allah. Kalau gak salah inget (males nginget sih sebetulnya) dalamnya itu kayak ada ‘semacam’ plastik tipis kayak dicumi-cumi gitu. Cuman aku juga gak yakin sama apa yang aku liat karena aku liatnya cuma bentar banget terus udah. Dan, as always, kita selalu jadi tim yang paling ribut di mana pun dan kapan pun sampe pas akhirnya kita keluar dari ruang praktikum ada panitia yang bilang gini, “Anak SMAN 2 Palangka Raya emang pada berisik atau cuma kalian dan Ilham aja?”
           Aku cuma nyengir, terus kita langsung rolling tempat sama kloter satu buat ngerjain soal uraian singkat. Di babak ini kita bakal ngerjain masing-masing 10 soal dari fisika, kimia, dan biologi dalam waktu 4 menit, jadi total ada 30 soal. Teknisnya, kita begitu musti duduk berjejer dan di depan masing-masing tim akan ada panitia yang nanti mengambil lembar jawaban kami kalau 4 menit udah berlalu. Jadi satu lembar jawaban buat 1 soal. Soalnya sendiri bakal ditampilin di power point dan begitu sudah 4 menit berlalu nanti akan langsung di next ke slide berikutnya. Jadi, musti bener-bener cepet mikir dan jawabnya karena gak ada kesempatan buat perbaikin jawaban lagi diakhir dan soalnya musti dijawab saat itu juga karena kertasnya langsung diambil.
           Begitu selesai babak ini, kita langsung kocar-kacir ke parkiran FK UNAIR di mana di sana di adain bazar soalnya kita lagi lomba. Terus dengan baik hatinya Bu Rini pada neraktirin kita. Ibunya sering banget nawarin kita makan mulai dari kita di bandara sampai di asrama haji dan di mana pun juga, pokoknya Bu Rini pasti mastiin kalau kami gak kelaparan. Jiwanya keibuan sekali emang.
           Terus, kira-kira sejam, kita di kumpulin lagi di tempat tes uraian singkat tadi buat pengumuman yang masuk ke babak final. Pengumumannya dibagi jadi 5 kloter, 1 kloter diisi sama 10 ketua tim dan waktu itu kita kebagian kloter ke 5 dan slot buat ke final itu cuma sisa 2. Artinya, dari 10 ketua tim yang maju saat itu cuma akan ada dua yang lolos dan rasanya udah gak biasa aja, udah mulai ke pesimis sih. Apalagi waktu itu pengumuman lolosnya antimainstream banget, jadi dari 10 ketua tim yang maju itu masing-masing dikasih balon yang musti dipegang dibelakang pungung dan yang gak lolos bakal dipecahin balonnya. Dan karena aku dirinya diujung jadi udah pasti aku mikir balonnya bakal dipecahin duluan. Taunya enggak, aku dilewatin aja saat itu, sampe akhirnya saat cuma sisa 4 orang lain, si pemecah balon yang gak lain adalah kakak kelasku waktu SMA alias Kak Ilham mecahin balonku juga dengan phpnya. Aku pikir udah dilewati ya udah, taunya dia balik lagi

           Yaudah, karena akhirnya kita gak lolos ke babak final, kita langsung pulang ke asrama haji dan nunggu besok buat jalan-jalan keliling surabaya dan malang serta pengumuman juara 1, 2, 3, 4, 5, serta juara tiap-tiap rayon di Medspin 2015. 
    (Kak Ilham - Irvan - Saya - Sule - Bu Rini)

    Hilda Febrina
    2 Comments
    Rabu, 23 November 2016

    facebook

    twitter

    google+

    fb share

    About Hilda Febrina

    Related Posts
    < Previous Post Next Post >

    2 komentar

    avatar
    Reply
    Unknown delete 5 Agustus 2018 pukul 07.48

    seru banget kak, tahun ini tahun terakhir aku ikut medspin soalnya udah kelas 12, doaiin ya kak bisa masuk final sama juara 1 hehe

    avatar
    Reply
    Unknown delete 30 September 2019 pukul 12.29

    Kak boleh minta kontaknya nggak saya mau tanya2 soal medspin-nya

    Blog Archive

    • ►  2021 (1)
      • ►  Maret (1)
    • ▼  2016 (3)
      • ▼  November (1)
        • Medspin FK UNAIR 2015: Part 2
      • ►  Mei (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2015 (5)
      • ►  Desember (2)
      • ►  Januari (3)
    • ►  2014 (1)
      • ►  Desember (1)
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Labels

    • 3 bintang
    • Essai
    • Hari Primata Indonesia
    • Indonesian Primate Day
    • New Authors Reading Challenge 2015
    • Novel
    • OuTrop
    • Penulis
    • Profauna
    • Review
    • contoh essai
    • fantasi
    • fantasy
    • jadi anggota dpr
    • lcc 4 pilar
    • lcc mpr ri
    • lomba
    • lomba cerdas cermat
    • medspin 2015
    • medspin fk unair
    • parlemen remaja 2015
    • pengalaman
    • rayon banjarmasin

    Mengenai Saya

    Foto saya
    Hilda Febrina
    Berpikir seperti proton, bersikap seperti neutron, dan terlihat seperti elektron. Begitulah hidup.
    Lihat profil lengkapku

    TWITTER

    Tweets by @Fairynas

    Social Share

    Facebook  Twitter  Instagram

    Weekly Posts

    • Contoh Essai Parlemen Remaja
      Haiii... Aku kembali nih, kali aku mau publish essai aku yang aku ikutkan ke ajang Parlemen Remaja 2015 kemarin. Jadi, tadi pagi ada sala...
    • Medspin FK UNAIR 2015: Part 1
      Medspin ( Medical Science and Application Competition) adalah olimpiade kedokteran yang tiap tahun diadakan oleh Universitas Airlangga....
    • Review Novel Let Go by Windhy Puspitadewi
      Judul                : Let Go Penulis              : Windhy Puspitadewi Penerbit            : Gagasmedia Tahun Terbit     : 200...
    • Review Novel Fairish by Esti Kinasih
      Judul                : Fairish Penulis              : Esti Kinasih Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit  ...
    • Medspin FK UNAIR 2015: Part 2
      Medspin FK UNAIR 2015: Part 2             Hai, guys ...’-‘)/  Setelah sebelumnya aku udah cerita tentang pengalamanku ikut babak penyisi...
    • Review Novel HEX HALL #1 by Rachel Hawkins
      Judul                : HEX HALL Penulis              : Rachel Hawkins Penerjemah       : Dina Begum Penerbit            : Ufuk P...
    • LCC 4 Pilar MPR RI Tingkat Kota 2015
                  Hai... Apa kabar semua? Kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku mengikuti LCC 4 Pilar MPR RI tingkat Kota Palangka Raya...
    • Alasan Mengapa Kita Harus Turut Melestarikan Orangutan
             Beberapa minggu lalu, tepatnya tanggal 16 Januari 2016, seorang teman berkata kepada saya, “Kenapa juga kita harus turut melestar...
    • First, Second, and Third
      "Selalu ada kali pertama untuk segalanya."     Sudah enggak asing sama kalimat di atas, kan? Entah siapa orang yan...
    • Untuk Arsip
       

    Like us On Facebook

    link hidup tidak akan tampil di sini!"; content[i].className = "spammer-detected"; } } } blockLinks('comment_block', 'p'); //]]>