Menu

Fashion Trendy
  • Drop Down

    • Abstract
    • Model
    • Techo
    • Options
  • Photography Pictures Product

    Drop Menu

    • Crystal
    • Digital
    • Graphs
    • Settings
  • Menu

    Fairynas

    Saat segalanya masih berada di ujung pena

    • Home
    • Digital Art
      • Pics
        • SEO 1
        • SEO 2
      • CSS
        • CSS 1
        • CSS 2
        • CSS 3
        • CSS 4
        • CSS 5
      • Jquery
        • Jquery 1
        • Jquery 2
    • Fashion
      • Product 1
        • Sub Item
        • Sub Item
      • Product 2
        • Sub Item
        • Sub Item
    • Photography
    • Design
    Go
    Home » contoh essai » Essai » jadi anggota dpr » parlemen remaja 2015 » Contoh Essai Parlemen Remaja

    Contoh Essai Parlemen Remaja

    Haiii... Aku kembali nih, kali aku mau publish essai aku yang aku ikutkan ke ajang Parlemen Remaja 2015 kemarin. Jadi, tadi pagi ada salah seorang teman yang minta file essai ini lewat e-mail, setelah dipikir-pikir akan lebih baik kalau aku publish di blog aja untuk referensi teman-teman yang lain juga. By the way, sebetulnya aku gak lolos parlemen remaja, lho, hiks. Nilai essainya lumayan tinggi, cuman nilai di CV-nya kurang jadi gak lolos. Padahal hampir saja, ya L 
    Tapi, gak apa-apa. Bukan rezekinya memang, mungkin diminta gantian sama yang di atas karena waktu itu aku juga baru pulang dari Jakarta setelah perlombaan LCC 4 Pilar MPR RI, jadi udah ngerasain rapat di gedung Nusantara IV dan V hehehe. Aku buat essai juga baru kali ini aja, wkwkwk. Ya udahlah, ini dia essai yang aku buat kemarin. Semoga bisa membantu teman-teman yang mau ikut Parlemen Remaja tahun depan. Dan ingat, referensi, lho, ya, bukan copas? Malu dong kalau copas punya orang, kan udah dikasih akal pikiran sama Tuhan YME.


    Obat Untuk Indonesia
    Oleh: Hilda Febrina

           Tujuh puluh tahun sudah Indonesia merdeka, sudah cukup lama. Jika diibaratkan manusia, Indonesia sudah pasti tua dan rentan terserang penyakit mematikan yang mampu menyebabkan kematian. Satu saja penyakit mematikan yang menyerang, maka Indonesia harus mendapat pengobatan sesegera mungkin. Pengobatan yang mampu menumpas seluruh bibit penyakit di dalam tubuh Indonesia.
    Seperti manusia pada umumnya, saat baru lahir tidak langsung mampu berjalan, tetapi mulai belajar dari merangkak. Namun roda kehidupan yang terus berputar pasti menghantarkan manusia pada fase di mana akan kembali berjalan tertatih-tatih, menggunakan alat bantu jalan, atau bahkan merangkak disebabkan fisik sudah mengalami diferensial fungsi. Begitupula dengan manusia bernama Indonesia. Di usianya yang menginjak tujuh puluh tahun, ternyata Indonesia mulai kembali merangkak. Hal ini agak lebih cepat daripada yang diperkirakan. Namun satu hal yang paling disayangkan adalah penyebab Indonesia jatuh sakit dan harus merangkak bukanlah serangan dari luar, tetapi karena ada begitu banyak persoalan yang berkecamuk dari dalam tubuh Indonesia sendiri.
    Memang benar apa kata Presiden Soekarno, perjuangannya lebih mudah daripada kita yang lahir belakangan, sebab lawan kita adalah orang-orang dari bangsa kita sendiri. Kita hidup di zaman di mana orang-orang hanya berjuang untuk kemerdekaannya masing-masing. Contoh paling nyata adalah orang-orang berkedok wakil rakyat yang sering diagung-agungkan sebagai Dewan Perwakilan Rakyat.
    Ada begitu banyak polemik yang bermunculan apabila kita berbicara tentang tiga kata “terhormat” ini. Salah satunya adalah, apakah mereka menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat dengan baik? Kalau pertanyaan tersebut dilontarkan kepada saya, maka jawabannya adalah, “Oh, iya, tentu saja, mereka menjalankan tugasnya dengan baik. Saya ingin kaya raya, mereka wakilkan. Saya ingin punya mobil mewah gratis, mereka wakilkan. Saya ingin jalan-jalan keluar negeri gratis, mereka juga wakilkan.”
    Sampai di sini, saya masih ingin mencoba berpikir positif. Mungkin, kebanyakan anggota DPR yang menjabat sekarang hanya tidak tahu persis tugas apa yang harusnya dia lakukan hingga terjadi distori fungsi wakil rakyat. Namun semakin saya mencoba berpikir positif, maka semakin banyak pula fakta kegagalan DPR dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat terkuak ke permukaan. Pikiran positif dan rasa percaya kepada DPR yang tadinya “Menggunung” akhirnya berubah menjadi luapan kekecewaan manakala melihat keadaan Indonesia sekarang. Berikut adalah daftar beberapa kegagalan dan penyimpangan DPR dalam menjalankan fungsi serta haknya sehingga menimbulkan penyakit internal pemerintahan.
    1.      Fungsi Legislasi
           DPR menunjukan dengan sangat jelas adanya kegagalan dalam menjalankan fungsi legislasi. Salah satu contohnya saat partai oposisi di DPR dengan tanpa tedeng aling-aling menginginkan adanya UU pemilu kepala daerah lewat DPRD tidak lama setelah terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia. Para anggota DPR asal partai oposisi ini tanpa malu-malu menunjukkan bahwa mereka ingin mengamankan kekuasaannya dari partai pemenang Pilpres melalui kepala daerah yang nantinya mereka pilih. Hal ini mengindikasikan bahwa wewenang membentuk UU yang ada di DPR sekarang tidak lagi memperhatikan keinginan rakyat, namun berdasar pada apa kebutuhan partai pendominasi kursi di DPR.
           Perdebatan panjang antaranggota DPR ini juga seringkali menyebabkan lamanya proses pembentukan suatu UU disebabkan masing-masing anggota berusaha untuk mendahulukan pesanan partai. Dampak dari hal ini adalah sampai dengan juli 2015 baru ada dua UU yang disahkan oleh prolegnas dari target 160 UU di tahun 2014-2019. Jumlah ini jelas sangat mengkhawatirkan apabila dibandingkan dengan DPR Korea Selatan yang telah menghasilkan lebih dari 1.000 UU dalam satu periode.*
    2.      Fungsi Anggaran
           Kedudukan DPR dalam fungsi anggaran yang sesungguhnya bertujuan untuk membahas (termasuk mengubah) RAPBN dan menetapkan APBN agar tercapai tujuan bernegara seringkali melebihi batas kewenangan, bahkan cenderung tidak masuk akal.

    Sumber referensi: http://news.detik.com/berita/2961337/dpr-korsel-selesaikan-1000-uu-satu-periode-dpr-ri-baru-selesaikan-2-uu
           Penyimpangan pada fungsi ini sering terjadi karena adanya kongkalikong antara pejabat negara agar meloloskan sejumlah anggaran yang tidak seharusnya ada untuk selanjutnya dialirkan ke kantong-kantong maling berdasi.
           Salah satu penyimpangan yang dewasa ini terjadi adalah kasus Dana Aspirasi Rakyat, di mana DPR secara tidak langsung menyatakan bahwa mereka memiliki hak menggunakan anggaran karena memiliki fungsi anggaran. Peristiwa ini membuat saya berpikir bahwa Indonesia harus berhenti mengumandangkan kalimat “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat” lalu menggantinya dengan “Dari Rakyat, Oleh Negara, dan Untuk DPR”.
    3.      Fungsi Pengawasan
           Fungsi pengawasan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi antar lembaga negara (checks and balances system) sebagai langkah penciptaan kontrol efektif pengelolaan negara seringkali diselewengkan oleh partai oposisi di DPR untuk menyerang lembaga eksekutif.
           Dalam menjalankan fungsinya, DPR memiliki hak angket, hak interpelasi, dan hak menyatakan pendapat. Hak-hak inilah yang kemudian disalahgunakan oleh DPR sebagai alat untuk kepentingan politik tertentu, seperti dimanfaatkan melawan lembaga eksekutif apabila terjadi hal yang dianggap merugikan DPR. Dampak dari terjadinya hal ini akan menyebabkan terganggunya stabilitas politik dan pemerintahan. Kinerja pemerintah akan terhalang sebab selalu dirongrong oleh DPR hampir di setiap langkahnya. Padahal, masa jabatan aparatur pemerintah masih baru berjalan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat sedang dalam proses pengerjaan.
           Adanya fungsi pengawasan yang membuka peluang terhadap terjadinya berbagai serangan kepada pemerintah ini juga seringkali membuat DPR lupa akan tugasnya sebagai lembaga legislatif.
           Jika ditinjau kembali, pendapat saya akan kinerja DPR yang ada sekarang bisa dikatakan sebagai komentar kebencian. Namun, perlu digaris bawahi bahwa saya sebagai warga negara Indonesia tentu tidak ingin membiarkan negara ini semakin sekarat. Apalagi penyebabnya berasal dari dalam tubuh Indonesia itu sendiri. Dalam hal ini, penyebabnya tentu bukan hanya kegagalan DPR, namun seluruh warga negara.
    Kita dapat mengambil contoh peristiwa nilai tukar dollar ke rupiah yang terus melambung tinggi. Hampir semua orang menyalahkan Joko Widodo tanpa mau tahu kenapa nilai tukar rupiah melemah dan bagaimana cara mengatasinya. Sebagian rakyat hanya terus merengek agar Joko Widodo segera memperbaiki masalah perekonomian nasional yang mencekik leher tanpa ikut memberikan saran dan/atau memosisikan diri tentang betapa sulitnya menjadi seorang Presiden dari negara yang sedang sekarat.
    Bercermin dari persoalan tersebut, saya tidak ingin hanya menjadi warga negara yang terus-terusan mengupas keburukan DPR dan membuat Indonesia semakin kuyu karena ditinggali oleh orang-orang cuma mampu saling menyalahkan. Kegagalan DPR ini justru mencambuk saya agar tidak hanya mengritik tetapi juga berusaha menemukan obat untuk menyembuhkan Indonesia dengan menjadi anggota DPR yang selanjutnya.
    Andai saya menjadi anggota DPR, saya tidak akan muluk-muluk menebar janji manis seperti menghibahkan 60% gaji saya kepada masyarakat tidak mampu atau mengubah Indonesia menjadi negara terkaya di dunia karena segala sesuatu di DPR tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi memerlukan persetujuan bersama. Lagipula, semakin banyak janji maka akan semakin banyak pula yang diingkari. Satu hal pasti yang saya ingin perjuangkan jika menjadi anggota DPR adalah membantu membangun DPR menuju parlemen modern dengan cara-cara sebagai berikut:
    1.      Mengubah citra DPR dari penguasa menjadi pelayan rakyat
           Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian rakyat Indonesia memang membenci DPR. Salah satu penyebabnya adalah karena DPR itu sendiri. Para anggota DPR seringkali meminta fasilitas mewah dengan alasan menunjang kinerja, salah satunya adalah uang muka mobil pribadi. Namun, di saat yang bersamaan rakyat tidak merasakan dampak apapun dari penggunaan mobil pribadi tersebut, kecuali macetnya jalanan akibat mobil dinas yang mau lewat.
           Untuk itu saya mengusulkan adanya penghapusan dana fasilitas pribadi anggota DPR agar dialihkan kepada hal lain yang lebih krusial, misalnya untuk mengatasi ketidakmerataan pembangunan dan pendidikan di Indonesia dengan maksud meningkatkan kualitas generasi muda calon penerus bangsa.
           Selain itu, saya juga tidak akan malu untuk berpergian menggunakan angkutan umum seperti David Cameron, perdana menteri Inggris yang setiap harinya pergi ke kantor menggunakan kereta. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghilangkan sekat kesenjangan yang ada di antara DPR dan rakyat.
    2.      Memfungsikan DPR sebagai wakil rakyat yang benar-benar berbasis aspirasi rakyat
           Dari kacamata saya, DPR yang menjabat sekarang belum benar-benar berperan sebagai wakil rakyat. Permasalahannya bukan hanya pada anggota DPR yang selalu mementingkan kelompok, namun juga karena rakyat Indonesia belum berkesadaran secara politik. Keadaan ini seringkali menyebabkan terjadi kesalahpahaman antara DPR dan rakyat sehingga jurang pemisah persatuan itu semakin menganga lebar.
           Untuk itu saya akan mensosialisasikan segala peraturan perundang-undangan dan apa saja fungsi serta wewenang DPR melalui berbagai media sosial termasuk internet. Hal ini saya lakukan agar setiap warga negara Indonesia tidak buta hukum dan bisa membantu memberikan pemikirannya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia lewat media surat serta website. Akhirnya, negara pun tidak perlu mengelontorkan dana triliunan untuk revitalisasi gedung kompleks parlemen seperti yang telah direncanakan dalam progam DPR menuju parlemen modern sekarang. Selain tidak menguras anggaran negara dan menutup peluang terjadinya penggelapan dana, program ini juga jauh lebih efisien karena warga Indonesia telah melek teknologi serta program penyampaian aspirasi ini dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat. Berbeda apabila yang pilih adalah revitalisasi gedung kompleks parlemen, maka penyamaian aspirasi hanya dapat dilakukan dengan datang ke Jakarta. DPR pun pelan-pelan akan berhasil menuju parlemen modern dengan semakin berfungsinya lembaga tersebut sesuai harapan dan tuntutan rakyat.
    3.      Mengusulkan perubahan UU tentang Pemilu Anggota DPR
           Perubahan yang dimaksud di sini adalah untuk memperketat syarat-syarat pencalonan diri seseorang sebagai anggota DPR sehingga senayan hanya dihuni orang-orang berintegritas tinggi, berakhlak mulia, dan pro rakyat.
    4.      Mengusulkan DPR untuk lebih fokus menjalankan fungsinya sebagai lembaga legislatif dan bukan mesin pencari kesalahan lembaga eksekutif semata.
           Akhir kata, andai adalah andai. Sebuah mimpi yang sempurna pun tidak akan pernah berakhir menjadi nyata apabila tidak perjuangkan. Untuk itu, mari bersama-sama kita sembuhkan Indonesia dengan segenap usaha. DPR siap menuju parlemen modern!


    Palangka Raya, 30 September 2015
    Hilda Febrina
    75 Comments
    contoh essai Essai jadi anggota dpr parlemen remaja 2015
    Jumat, 25 Desember 2015

    facebook

    twitter

    google+

    fb share

    About Hilda Febrina

    Related Posts
    < Previous Post Next Post >

    75 komentar

    avatar
    Reply
    Unknown delete 25 Desember 2015 pukul 17.05

    ya, betul Kak. Terima kasih Eza Anak Babel

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 25 Desember 2015 pukul 17.38

    sama-sama Eza ;)

    avatar
    Reply
    Syevani vrease delete 29 September 2016 pukul 16.21

    kakak kelas brp skg kak? :D

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 29 September 2016 pukul 18.18

    Sudah kuliah dek hehehe

    avatar
    Reply
    Unknown delete 3 Oktober 2016 pukul 22.12

    Kak esai untuk parlemen remaja temanya seputar parlementer kan ya? Saya buka di websitenya tidak ada ketentuan. Mungkin tidak ya kak diberikan suatu tema khusus untuk esai?
    Terimakasih

    avatar
    Reply
    Unknown delete 3 Oktober 2016 pukul 22.13

    Kak esai untuk parlemen remaja temanya seputar parlementer kan ya? Saya buka di websitenya tidak ada ketentuan. Mungkin tidak ya kak diberikan suatu tema khusus untuk esai?
    Terimakasih

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 4 Oktober 2016 pukul 16.24

    Tema tiap tahun selalu ada dan berbeda dek. Jadi coba baca lagi ketentuannya lebih teleti dan tanyakan pada panitia lebih lanjut mengenai tema tahun ini. Biasanya tema yang diberikan belum terlalu khusus, jadi masih bisa dikembangkan lagi sesuai dengan pendapatmu. Semangat ya!

    avatar
    Reply
    Unknown delete 4 Oktober 2016 pukul 21.31

    KALAU CV GIMANA YAA KAK?

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 4 Oktober 2016 pukul 22.20

    Tinggal di isi aja kan formnya sudah disediakan oleh panitia.

    avatar
    Reply
    Anugrah R delete 11 Oktober 2016 pukul 15.30

    Kak mo nanya
    kalau link sumber it naruhnya di akhir esai atau di akhir halaman tertentu

    avatar
    Reply
    Anonim delete 12 Oktober 2016 pukul 16.18

    kalo udah kuliah kan ga bole lagi?

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 12 Oktober 2016 pukul 19.35

    Tergantung sih dek. Bisa pake footnote (kayak aku), atau bisa di akhir esai. Bagusnya semua sumber ditaruh diakhir aja, cuman aku kemarenkan ambil sumbernya cuma 1 dan udah pas 5 halaman esainya, kalau aku taruh sumbernya di akhir esai, entar esai jadi 6 halaman dan gak memenuhi syarat toh? Jadi aku 'akalin' buat taruh sumbernya di footnote aja. Begitu :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 12 Oktober 2016 pukul 19.37

    Ya terus?
    Aku ikutnya pas SMA tau :( sekarang mah udah kuliah udah tau diri aja gak bisa ikut lagi.

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 12 Oktober 2016 pukul 19.37

    Ya terus?
    Aku ikutnya pas SMA tau :( sekarang mah udah kuliah udah tau diri aja gak bisa ikut lagi.

    avatar
    Reply
    Anonim delete 13 Oktober 2016 pukul 15.12

    buat essainya berapalembar kak?(2015)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 13 Oktober 2016 pukul 15.27

    Tahun lalu batasannya 5 lembar. Kalau tahun ini aku gak tau. Coba cek dipersyaratannya yaa.

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 13 Oktober 2016 pukul 15.28

    Tahun lalu batasannya 5 lembar. Kalau tahun ini aku gak tau. Coba cek dipersyaratannya yaa.

    avatar
    Reply
    Anonim delete 14 Oktober 2016 pukul 07.48

    makasi yah..

    avatar
    Reply
    Anonim delete 14 Oktober 2016 pukul 08.09

    kak mo nanya lagi...
    format cv nya gimana kak?

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Oktober 2016 pukul 12.04

    Kalau tahun lalu sih mereka udah kasih formnya jadi tinggal diisi. Emang tahun ini disuruh bikin sendiri ya?

    avatar
    Reply
    Unknown delete 26 Oktober 2016 pukul 04.32

    Mau nanya dong. Liat nilai nya gimana ya?

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 27 Oktober 2016 pukul 04.21

    Kurang tahu ya, saya juga dapatnya dari teman.

    avatar
    Reply
    Nadia delete 20 Maret 2017 pukul 08.58

    Halo, kak. aku pengen banget ikut parlemen remaja, soalnya yang lcc empat pilar sekolahku nggak lolos soalnya persiapannya cuman satu hari dan bener-bener dimanfaatin buat ngelahap semua uud dan tap mpr. mungkin belum rejeki aku sih, mungkin Allah sengaja nggak buat aku lolos di lcc empat pilar, tapi ngebukain aku jalan untuk ke mpr melalui parlemen remaja. aku udah baca esai kakak dan sumpah keren banget, kata2 kakak yang sangat kritis dan benar2 menohok banget, buat aku tersentuh ;) suer ternyata masih ada orang-orang yang peduli dengan indonesia dan punya semangat nasionalisme yang tinggi ;) kak gimana ceritanya bisa bikin esai kayak gitu? kakak nyelesaiinnya butuh waktu v=berapa hari? trus kakak ngebuatnya dibimbing sama guru atau bikin sendiri? terus yg aku liat nilai esai kakak tinggi2 cuman nilai cv nya yg kurang bisa nggak lolos? hehe maaf ya kak, banyak nanya, sumpah aku kepo banget :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 20 Maret 2017 pukul 14.23
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 20 Maret 2017 pukul 14.27
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 20 Maret 2017 pukul 14.31

    Hai, Nadia... Biasa untuk lolos LCC 4 Pilar sampai nasional memang perlu latihan berbulan-bulan, coba saja lagi tahun depan tapi latihannya mulai akhir tahun 2017 :)
    Kalau untuk gimana buat esai ini awalnya gimana saya sudah lupa. Tapi yang jelas kalau saya mau buat sesuatu saya biasa melakukan 'riset kecil-kecilan' dulu. Kira-kira esai seperti apa yang juri mau? Esai seperti apa yang bisa lolos? Saya analisis, misalnya 'oh yang lolos kebanyakan agak puitis dan implisit,' atau lagi 'kebanyakan yang lolos memuat UUD dan isu terbaru'. Ya, berarti seperti itu juri maunya. Baru saya buat kerangka tulisannya (ide-ide yang ingin saya bahas) menyesuaikan tema dan dikemas dengan kesukaannya juri tadi,tapi bukan berarti kehilangan ciri khas sendiri. Jadi, bukan plagiat karya atau ciri khas oranglain. Kalau buat saya sendiri, karena saya memang sering menulis opini, jadi agak sulit juga menjelaskan bagaimana cara saya menulis. Karena kalau kita sudah terbiasa menulis nanti kita pasti akan punya 'style' sendiri. Kalau kamu sudah punya gaya kamu sendiri, pasti menulisnya lebih lepas dan bisa lebih mudah menyampaikan apa yang kamu ingin dimengerti oleh oranglain.
    Kalau untuk kontennya sendiri, saya memilih isu yang memang sedang hangat diperbincangkan saat itu dengan harapan jurinya tidak bosen membacanya, dan kebetulkan saya baru pulang dari MPR saat membuat esainya ini, jadi saya bisa lihat langsung fakta dilapanagn dan kondisinya bagaimana, termasuk penanggulangannya (karena saya belajar untuk LCC 4 Pilar untuk dasar-dasar hukum yang tepat saya sudah tahu, nah kalau belum tahu apa-apa tentang masalah yang hendak dibahas, harus dibelajar lagi, riset lagi kondisi lapangannya seperti apa, dasar hukumnya bagaimana, jangan sama sampai kita mengeritik DPR tentang sesuatu padahal itu sebetulnya buat tugas DPR, tapi tugas Mahkamah Agung misalnya). Jadi, riset itu penting. Lalu kalau untuk proses membuatnya, kalau tidak salah 3 hari. Hari pertama, riset dan buat kerangka. Hari kedua, nulis. Hari ketiga, buat editing. Waktu hari ketiga, saya ada minta pendapat sama seorang teman sarjana sastra untuk memeriksa tanda baca. Tapi, cuma itu saja. Tidak ada minta perubahan konten, hanya tanda bacanya yang diperbaiki sebelum akhirnya saya print dan kirim. Kalau kamu yakin sama tulisanmu, tanpa bimbingan juga tidak apa-apa. Tapi, kalau ragu, saran saya minta bimbingan dengan guru PPKN untuk kontennya. Baru kalau sudah selesai diperiksa dengan guru bahasa Indonesia.
    Iya, jadi waktu itu saya tidak tahu kalau nilai CV akan sama besar penilaiannya dengan esai, jadi saya hanya isi pengalaman yang berhubungan dengan pemerintahan saja, seperti LCC 4 Pilar dan pengalaman lainnya seperti mengikuti perlombaan akademik seperti olimpiade tidak saya tulis. Tapi, ternyata semuanya berpengaruh. Jujur, saya juga tidak ikut organisasi apa-apa sebelum saya mengikuti lomba ini (hanya ikut ekstrakulikuler LKTI dan saya juga tidak tulis) jadi memang CV-nya kurang sekali dibanding teman-teman yang pengalaman berorganisasinya banyak dan berhubungan dengan sosial. Jadi, pengalaman apapun, sekecil apapun saran saya tulis saja.
    Saya kira itu, selamat menulis semoga berhasil Nadia :)

    avatar
    Reply
    Nadia delete 20 Maret 2017 pukul 15.34

    Oohhh, gitu ya, kak. Yah sayang banget nggak bisa ikut lcc empat pilar lagi soalnya udah kelas 11 ;) Jadi buat bisa ngebuat esai yang bagus mulai sekarang aku harus belajar menuangkan pikiranku dalam bentuk tulisan ya?kakak keren banget cuma butuh waktu 3 hari buat nyelesaiin esai, makasih banyak ya kak udah mau berbagi pengalaman sama ngejawab pertanyaan aku satu-satu, makasih buat doanya juga :) sukses terus ya kak hilda!

    avatar
    Reply
    Unknown delete 30 Juli 2017 pukul 17.38

    Halo kak, aku baca esai kaka antara seneng tapi sedih(?). Seneng karena masih banyak generasi muda yang nasionalisme nya tinggi salah satunya kaka. Sedih karena apa yang kaka utarakan di esai tersebut benar sekali kalau DPR kita seperti itu:'). Aku tertarik buat mengikuti parlemen remaja 2017, aku butuh saran dari kaka. Kalau tahun ini syaratnya salah satunya ada surat tanda tangan kepala sekolah, dulu waktu kaka daftar juga ada syarat seperti itu gak? Dan kalau ada, kaka bilang ke sekolahnya itu bagaimana? Kedua, saya bingung bagaimana buat mengeluarkan pikiran saya dalam bentuk tulisan, kalau saran dari ka hilda ada ga? Ketiga, saya pesimis karena sebenernya saya kurang berpikir kritis, terimakasih sebelumnya ka, sukses terus ka!

    avatar
    Reply
    Unknown delete 6 Agustus 2017 pukul 09.59

    Kak itu bgian cv yg mna yaa sya msihh bngung??

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 6 Agustus 2017 pukul 15.03

    Terima kasih juga Nadia :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 6 Agustus 2017 pukul 15.12

    Halo Wulan, maaf baru balas ya. Tahun aku gak ada syarat rekomendasi dari kepala sekolah. Kalau tahun ini seperti itu kamu tinggal ke Tata Usaha sekolah dan bilang mau minta surat rekomendasi dari kepsek untuk ikut ParRe. Nanti mereka yang buatkan. Kedua, menjadi 'pro' itu gak ada yang instan. Jadi kalau kamu tulisanmu bagus ya harus latihan terus. Jadi saran aku kamu harus latihan terus biar terbiasa mengeluarkan pikiran dalam bentuk tulisan. Kamu juga bisa jawaban aku ke Nadia ya :) Ketiga, kamu gak boleh pesimis! Harus pede! Kalau kamu gak percaya sama diri sendiri gimana oranglain (terutama juri) percaya sama kamu juga? Kalau untuk mengasah cara berpikirnya mungkin kamu bisa mulai dengan rajin baca berita dan pahami betul tugas serta fungsi DPR ya. Jadi kalau ada yang 'salah' itu perbuatan DPRnya kamu langsung tahu "Oh, ini menyalahgunakan peraturan xxxx nih," gitu ya. Sukses juga kamu ;)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 6 Agustus 2017 pukul 15.18

    Kemaren disedian sama mereka dek form cvnya. Coba kamu tanyakan panitia ada formnya atau harus bikin sendiri ya :)

    avatar
    Reply
    Unknown delete 6 Agustus 2017 pukul 21.47

    Halooo kak aku mau nanya, kan di persyaratannya itu ada surat pernyataan untuk mengikuti kegiataan pelaksanaanya apabila lolos (bermaterai). Kakk dulu ada persyaratan gitu ndk? Kalo iya, itu buat sendiri atau gimana?

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 6 Agustus 2017 pukul 22.42

    Halo sarah, dulu tidak ada persyaratan seperti itu. Kalau misalnya dari panitia tidak menyediakan form berarti bikin sendiri ya. Info lebih jelas bisa ditanyakan kepada panitia :) sukses!

    avatar
    Reply
    Putrii liyanaaa delete 7 Agustus 2017 pukul 20.40

    kak email kakak apa?kalau mau nanya sesuatu boleh gak kak?tapi lewat email ya

    avatar
    Reply
    Unknown delete 8 Agustus 2017 pukul 14.02

    Hai kak boleh mnta nma IG nya anggak soalnya bnyk yg ingin aku tnyain tntng parlemen remaja

    avatar
    Reply
    Ann delete 8 Agustus 2017 pukul 18.59

    Kak,izin tanya.Pada saat pengisian CV, pengalaman yg di isi itu berdasarkan pengalaman ketika sma atau dari pendidikan smp ya kak?

    avatar
    Reply
    Unknown delete 8 Agustus 2017 pukul 22.08

    Hai kak.. Boleh minta kontak untuk dihubungi tidak?? Soalnya aku mau tanya-tanya banyak sama kaka tentang parlemen remaja kak.

    avatar
    Reply
    Unknown delete 8 Agustus 2017 pukul 22.09

    Hai kak.. Boleh minta kontak untuk dihubungi tidak?? Soalnya aku mau tanya-tanya banyak sama kaka tentang parlemen remaja kak.

    avatar
    Reply
    Unknown delete 9 Agustus 2017 pukul 15.46

    Kak itu kalo mao tanya ke panitia, bkn nya mana ?

    avatar
    Reply
    YM10 delete 11 Agustus 2017 pukul 11.50

    Hai Kak, mau Tanya gimana sistem lombanya waktu kakak dulu?

    avatar
    Reply
    This is alya's journey delete 12 Agustus 2017 pukul 17.46

    Kk gimana kalo essaynya cuma 3 lembar,apakah mempengaruhi penilaian jumlah halaman dalam essay,terus pengerahuan mngenai parlemen/politik juga masuk dalam penilaian?,makasih.

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Agustus 2017 pukul 17.39

    kasih email kamu aja nnti aku email ya :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Agustus 2017 pukul 17.39

    hildafebrinaa ya

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Agustus 2017 pukul 17.41

    kalau dibatasi, pilih yang dari paling bagus aja. misalnya yang juara nasional. kayak tidak dibatasi jumlahnya buat dari 5-10 tahun terakhir gpp.

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Agustus 2017 pukul 17.41

    halo anisa, kasih kontak kamu aja ya mau dihubungi lewat apa nnti aku kontak duluan :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Agustus 2017 pukul 17.42

    halo ferdian, maksudnya gimana ya? kok aku kurang ngerti "bkn"nya di sini apa?

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Agustus 2017 pukul 17.43

    halo Yuda, jadi dulu kalau aku sistemnya ngirim essai dan cv lalu nilainya berbobot 50%-50%. kalau sekarang tidak tau apa masih sama atau tidak.

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 14 Agustus 2017 pukul 17.46

    halo Alya, kalau soal penilaiannya aku kurang tahu juga ya 'mau'nya juri yang seperti apa karena aku gak ada baca juknisnya tahun ini. Mungkin kamu bisa tunjukin essaimu ke seseorang seperti guru bahasa Indonesia atau PKN dan jelaskan juga soal tema yang diberikan juri agar mereka bisa menilainya. Tapi, kalau aku sendiri sih asalkan bagus dan semua opiniku sudah tersampaikan dengan baik, aku gak masalah sama sekali kalau cuma tiga halaman.

    avatar
    Reply
    Geubri Al-varez delete 15 Agustus 2017 pukul 19.28

    Halo kaka, saya mau nanya ni. Kan saya baru pertama mengikuti parja ini, tapi saya agak bingung mulai dari mana, apa kaka punya tips untuk penyusunan kerangka esai gitu kak, biar lebih simple?
    Mohon bantuannya ya kaka :)

    avatar
    Reply
    Fakhri's Blog delete 17 Agustus 2017 pukul 15.53

    Halo kak. Saya mau nanya
    Kan kita udh selesai nulis essai nya, trus sumber yg kita tulis di bagian akhir itu, sumber dari mana essai kita itu ditulis ya ?

    avatar
    Reply
    Cheillin delete 17 Agustus 2017 pukul 18.58

    Kak saya bingung banget bikin esai nya bisa minta tolong di bantu ngak , saya mau nanya nanya bagi kontak kk aja deh kak biar enak nanya nya

    avatar
    Reply
    Unknown delete 17 Agustus 2017 pukul 19.00

    Kak referensinya dikasih halaman sendiri apa langsung dikutip di akhir paragraf?

    avatar
    Reply
    This is alya's journey delete 20 Agustus 2017 pukul 12.43

    Oke deh,Makasih banyak ya kak!!

    avatar
    Reply
    Unknown delete 20 Agustus 2017 pukul 15.32

    Kak,aku mau ikut parlemen remaja 2017,gimana caranya membuat esai 5 lembar jadi efektif,apa dicantumkan juga nama kita di esai,klo bisa kirimkan kerangka karangan esai 5 lembar kak,atau contohnya punya kakak

    avatar
    Reply
    Unknown delete 20 Agustus 2017 pukul 15.35

    Kak,aku mau ikut parlemen remaja 2017,gimana caranya membuat esai 5 lembar jadi efektif,apa dicantumkan juga nama kita di esai,klo bisa kirimkan kerangka karangan esai 5 lembar kak,atau contohnya punya kakak

    avatar
    Reply
    . delete 21 Agustus 2017 pukul 04.10

    Kak, cara membuat essaynya itu kan ada refrensi,lh disitu kita juga harus menulis ttg masukan kita gk y kak. Mohon dijelaskan kk

    avatar
    Reply
    . delete 21 Agustus 2017 pukul 04.12

    Kak, cara membuat essaynya itu kan ada refrensi,lh disitu kita juga harus menulis ttg masukan kita gk y kak. Mohon dijelaskan kk

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 24 Agustus 2017 pukul 16.57

    Halo geubri,,
    maaf baru balas ya. Untuk cara penyusunan kerangka esai mungkin kamu bisa baca jawaban aku untuk Nadia Nurafifah di atas. Kalau masih ada yang tidak paham bisa ditanyakan lagi mungkin di instagram :)

    Semangat.

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 24 Agustus 2017 pukul 17.00

    Halo Fakhri,

    sebetulnya lebih baik sumbernya bisa ditulis di bagian akhir ya, di halaman tersendiri. tapi, kalau tidak muat di halaman akhir, bisa dibuat jadi catatan kaki di tiap akhir halaman.

    semangat ya :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 24 Agustus 2017 pukul 17.02

    Halo cheillin,

    kalau mau kontakan kamu email aja ya id Line kamu apa ke hildafebrinautama@gmail.com. nanti aku add.
    semangat :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 24 Agustus 2017 pukul 17.02

    sama-sama. semanagat ya :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 24 Agustus 2017 pukul 17.03

    Halo Daffar,

    sebetulnya lebih baik sumbernya bisa ditulis di bagian akhir ya, di halaman tersendiri. tapi, kalau tidak muat di halaman akhir, bisa dibuat jadi catatan kaki di tiap akhir halaman.

    semangat ya

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 24 Agustus 2017 pukul 17.06

    Halo Bregi,

    untuk cara membuat kerangka karangan esainya kamu bisa lihat jawabanku untuk Nadia ya. ada di atas komen ini panjang soalnya :) kalau untuk nama kemaren sama panitia memang diminta cantumkan di awal sebagaimana contoh punya aku di atas. kalau untuk kerangka karangannya gimana ya, punya aku dulu kerangkanya di otak aja jadi aku gak simpan secara tertulis kerangka essaiku. aku juga gak bisa bantu buatin kerangka buat tahun ini ya, soalnya aku gatau tema tahun ini apa.

    semangat :)

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 24 Agustus 2017 pukul 17.10

    Halo Nana,

    Iya, dek. Justru yang namanya essay kita ya harus ada pendapatan kita. Jadi referensi itu sebagai sumber acuan kita saat kita memberi masukan nanti, bukan satu essay isinya full referensi. Itu nanti malah jadi tinjuan pustaka. Jadi nanti essay kamu secara umum mengandung dua hal: pendapat/masukan pribadi dan sumber hukumnya (referensi) sebagai penunjung pendapat kamu.

    Semangat.

    avatar
    Reply
    Unknown delete 30 Agustus 2017 pukul 16.26

    kak , bagaimana kakak melihat hasil penilaian dari parlemen remaja nya ? saya gak dapet , tapi penasaran sama nilainya ....

    avatar
    Reply
    Unknown delete 30 Agustus 2017 pukul 19.36

    Iya kak gmana cara liat hasil penilaian dari parlemen remajanya?

    avatar
    Reply
    dian hasri delete 25 Oktober 2017 pukul 17.01

    kira- kira judul esai yang menarik saat ini apa ya

    avatar
    Reply
    Annissa Kamila Mardhiyyah delete 6 November 2017 pukul 07.14

    Halo hilda~
    Aku mau nanya nih, masih ada ga file pengumuman parlemen remaja 2015 kmrin?

    avatar
    Reply
    Unknown delete 26 Juli 2018 pukul 15.01

    Kak bagi pengalaman kakak dong dari pertama mencoba mengikuti parlemen remaja sampai akhir

    avatar
    Reply
    Unknown delete 26 Juli 2018 pukul 15.01

    Kak bagi pengalaman kakak dong dari pertama mencoba mengikuti parlemen remaja sampai akhir

    avatar
    Reply
    Unknown delete 29 Juli 2018 pukul 14.35

    Semoga bisa menyusul seperti kalian. Kakak kakak parja

    avatar
    Reply
    wqe delete 19 Agustus 2018 pukul 19.43

    Kak minta izin contohin ya, makasih

    avatar
    Reply
    Unknown delete 5 September 2020 pukul 17.49

    Halo kk sya Syerlia Afriana Bahri bisa minta nama ig nya ngk kk soalnya sya liat komentar diatas semuanya pada tahun 2017 san nah skrng sya 2020 jdi pengen nanya banyak nih ke kakak...minta nama ig nya kk

    avatar
    Reply
    RuangAzizah delete 15 September 2020 pukul 13.49

    Hallo, insya Allah saya juga akan ikut Essai Parlemen Remaja 2020

    Blog Archive

    • ►  2021 (1)
      • ►  Maret (1)
    • ►  2016 (3)
      • ►  November (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  Januari (1)
    • ▼  2015 (5)
      • ▼  Desember (2)
        • Contoh Essai Parlemen Remaja
        • Medspin FK UNAIR 2015: Part 1
      • ►  Januari (3)
    • ►  2014 (1)
      • ►  Desember (1)
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Labels

    • 3 bintang
    • Essai
    • Hari Primata Indonesia
    • Indonesian Primate Day
    • New Authors Reading Challenge 2015
    • Novel
    • OuTrop
    • Penulis
    • Profauna
    • Review
    • contoh essai
    • fantasi
    • fantasy
    • jadi anggota dpr
    • lcc 4 pilar
    • lcc mpr ri
    • lomba
    • lomba cerdas cermat
    • medspin 2015
    • medspin fk unair
    • parlemen remaja 2015
    • pengalaman
    • rayon banjarmasin

    Mengenai Saya

    Foto saya
    Hilda Febrina
    Berpikir seperti proton, bersikap seperti neutron, dan terlihat seperti elektron. Begitulah hidup.
    Lihat profil lengkapku

    TWITTER

    Tweets by @Fairynas

    Social Share

    Facebook  Twitter  Instagram

    Weekly Posts

    • Contoh Essai Parlemen Remaja
      Haiii... Aku kembali nih, kali aku mau publish essai aku yang aku ikutkan ke ajang Parlemen Remaja 2015 kemarin. Jadi, tadi pagi ada sala...
    • Medspin FK UNAIR 2015: Part 1
      Medspin ( Medical Science and Application Competition) adalah olimpiade kedokteran yang tiap tahun diadakan oleh Universitas Airlangga....
    • Review Novel Let Go by Windhy Puspitadewi
      Judul                : Let Go Penulis              : Windhy Puspitadewi Penerbit            : Gagasmedia Tahun Terbit     : 200...
    • Review Novel Fairish by Esti Kinasih
      Judul                : Fairish Penulis              : Esti Kinasih Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit  ...
    • Medspin FK UNAIR 2015: Part 2
      Medspin FK UNAIR 2015: Part 2             Hai, guys ...’-‘)/  Setelah sebelumnya aku udah cerita tentang pengalamanku ikut babak penyisi...
    • Review Novel HEX HALL #1 by Rachel Hawkins
      Judul                : HEX HALL Penulis              : Rachel Hawkins Penerjemah       : Dina Begum Penerbit            : Ufuk P...
    • LCC 4 Pilar MPR RI Tingkat Kota 2015
                  Hai... Apa kabar semua? Kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku mengikuti LCC 4 Pilar MPR RI tingkat Kota Palangka Raya...
    • Alasan Mengapa Kita Harus Turut Melestarikan Orangutan
             Beberapa minggu lalu, tepatnya tanggal 16 Januari 2016, seorang teman berkata kepada saya, “Kenapa juga kita harus turut melestar...
    • First, Second, and Third
      "Selalu ada kali pertama untuk segalanya."     Sudah enggak asing sama kalimat di atas, kan? Entah siapa orang yan...
    • Untuk Arsip
       

    Like us On Facebook

    link hidup tidak akan tampil di sini!"; content[i].className = "spammer-detected"; } } } blockLinks('comment_block', 'p'); //]]>