Menu

Fashion Trendy
  • Drop Down

    • Abstract
    • Model
    • Techo
    • Options
  • Photography Pictures Product

    Drop Menu

    • Crystal
    • Digital
    • Graphs
    • Settings
  • Menu

    Fairynas

    Saat segalanya masih berada di ujung pena

    • Home
    • Digital Art
      • Pics
        • SEO 1
        • SEO 2
      • CSS
        • CSS 1
        • CSS 2
        • CSS 3
        • CSS 4
        • CSS 5
      • Jquery
        • Jquery 1
        • Jquery 2
    • Fashion
      • Product 1
        • Sub Item
        • Sub Item
      • Product 2
        • Sub Item
        • Sub Item
    • Photography
    • Design
    Go
    Home » 3 bintang » Challenge » New Authors Reading Challenge 2015 » Novel » Review » Young Adult Reading Challenge 2015 » Review Novel Let Go by Windhy Puspitadewi

    Review Novel Let Go by Windhy Puspitadewi



    Judul               : Let Go
    Penulis             : Windhy Puspitadewi
    Penerbit           : Gagasmedia
    Tahun Terbit    : 2009
    Cover              : Soft cover
    Harga              : Rp  35.000,-
    Halaman          : 244 halaman
    ISBN               : 979-780-382-1

                Novel ini menceritakan tentang empat orang remaja yang ‘terjebak’ dalam ekstrakulikuler majalah sekolah, Veritas. Cerita dimulai saat Caraka, seorang anak bandel tapi baik hati, dihukum atas perbuatannya yang suka berkelahi untuk membantu kegiatan majalah sekolah bersama tiga orang lain, Nadya, Sarah, dan Nathan.
                Khas-khas anime Jepang, awalnya empat orang ini gak terlalu suka satu sama lain. Caraka dengan sifat yang gak peka dan suka ikut campur masalah oranglain. Nadya yang selalu bilang bisa ngelakuin segala sesuatu sendiri. Sarah yang gak bisa nolak permintaan oranglain. Dan Nathan yang ‘saking jujurnya’ sering dibilang sadis. Tapi, ya, akhirnya karena perbedaan itu mereka jadi bisa sahabatan dan ngasih pelajaran buat satu sama lain.
                Oke, sampai situ aja sinopsisnya. Kalau penasaran sama cerita lengkapnya bisa langusng beli wkwkwk. Atau download e-booknya di sini.
               
    Sekilas info, ini adalah novel yang pertama kali aku selesai baca di tahun 2015. Sebetulnya, sih, aku gak terlalu suka baca novel dengan genre teenlit, cuman karena kemaren pas 2014 ada yang nyaranin buat baca novel ini dengan iming-iming, “Ini ceritanya gak teenlit cinta-cintaan kok, ya, ada cinta dikit, tapi lebih ke persahabatan,” dan berhubung lagi kehabisan bacaan, ya, jadinya kebaca juga, deh! Walau sebenarnya udah tahu juga akhir ceritanya kayak gimana, tapi aku bukan termasuk orang yang antispoiler, jadi biasa aja.
                Kalau menurutku sih, novel ini agak ‘nyapein’ buat dibaca. Soalnya, aku terbiasa baca novel yang narasinya panjang-panjang atau paling enggak antara dialog sama narasi itu perbandingannya 60:40. Semacam novel The Golden Compass kalau yang terjemahan atau Ayat-Ayat Cinta, deh, yang Indonesianya. Mungkin, karena emang novel ini tujuannya remaja muda kali, ya (emang kamu gak muda, Nas? -_-“). Jadi penulisnya sengaja pake dialog-dialog aja buat ngejelasin ceritanya dan narasi malah terasa seperti penunjang doang biar ini gak total kaya naskah drama. Mungkin juga karena ini novel teenlit, sedangkan The Golden Compass itu novel fantasy dan AAC itu novel dewasa religi. Tapi, serius deh, penggunaan dialog yang terlalu banyak ini malah bikin gak nyaman. Aku sebagai pembaca jadi kurang bisa berimajinasi dan masuk ke dalam ceritanya karena narasinya dikit banget. Aku jadi kurang bisa bayangin, ini mereka lagi dimana, rumahnya si Raka itu gimana, pas ultah sekolah itu gimana keadaannya, dll. Contohnya aja nih, novel Harry Potter, inti ceritanya berpusat sama masalah Harry, musuhnya, dan dunia kepenyihiran, tapi, Mbak J.K. Rowling gak lupa untuk mengambarin Hogwarts itu gimana. Jadi, pembaca bisa ngerasa kalau dia ‘ada’ sana untuk ngeliat langsung apa yang terjadi sama Harry, dkk.
                Selanjutnya, tokoh-tokoh dari novel ini. Di awal cerita, Raka pernah bilang kalau Nathan itu Zombie berlidah tajam. Tapi, buatku, Nathan itu gak tajam kok lidahnya, yang dia omongin itu justru bener dan di sekolahku hal kayak gitu kayaknya biasa aja. Hampir semua orang terbiasa ngomong terus terang. Jadi, pengambaran penulis buat Nathan yang berlidah tajam kayaknya kurang tajam, deh, kalau di sini. Hal selanjutnya yang aku ngerasa agak sesuatu itu pas (SPOILER) si Nathan ngeiyain kemauan Raka biar dia dioperasi padahal itu baru kali kedua Raka bujuk dia dan ngomongnya juga biasa banget (END). Kalau kata temenku sih, “Apa motivasinya?” dibujuk gitu doang kok mau. Padahal bokapnya aja yang minta dia gak nurut. Jadi, sifat Nathan yang katanya tegas itu gak kelihatan di sini. Lalu Raka, setiap ada yang nasihatin dia, dia pasti bilang, “BERISIK!”. Hal ini emang buat dia punya ciri khas tersendiri, tapi sekali lagi, itu, tuh, anime banget. Jadi, daripada ngebayangin Raka yang katanya tingginya 180 cm, aku malah ingat Okumura Rin di Ao no Exorcist atau Naruto kalau lagi marah. Entah, ini bagus atau enggak sebetulnya? Kemudian sosok Bu Ratna yang terlalu gaul kalau kataku. Bukan berarti sekolahku gak punya guru yang gaul, sekolahku punya, tapi gaulnya mereka itu tetap bikin murid segan sama mereka. Istilahnya berwibawalah. Beda sama Raka yang ngomong sama Bu Ratna kayak ngomong sama temen. Masalahnya kembali lagi, deskripsinya kurang, jadinya pembaca gak tahu itu Bu Ratna umurnya berapa atau bentuk badannya gimana kok gaya ngomongnya masih muda. Soalnya, ya, di sekolahku itu juga ada guru namanya Bu Ratna, karena penulis gak ngejelasin Bu Ratna di novelnya ini gimana, aku jadi minjem muka guruku, deh! (Peace, bu ^o^v)
                Yang bagus dari novel ini itu, pertama covernya (wkwkwkwkwk). Kedua, ide ceritanya yang kalau di Indonesia (agak) antimainstream. Kalau banyak orang bilang ini lebih ke persahabatan, sebenernya aku lihat penulis lebih mengangkat tema soal kehilangan dan keikhlasan. Karena di sini bukan cuma soal persahabatannya mereka, tapi lebih gimana mereka belajar buat ngeikhlasin kehilangan orang yang penting buat mereka, salah satunya sahabat. (SPOILER) Kayak Raka yang ditinggal mati sama ayah dan sahabatnya. Dan Nathan yang ditinggalin sama ibunya. Cuma, ya, karena yang meninggal itu Nathan, sahabatnya Raka, jadi banyak orang menganggap ini kisah utamanya persahabatan. Tapi, coba seandainya yang meninggal itu pacarnya Raka, si Nadya, entar temanya berubah jadi percintaan sepasang kekasih dipisahkan oleh maut (END). Padahal mah, intinya kita itu harus bisa ngerelain orang yang udah pergi. Move on, kayak judulnya, Let Go. Jadi, persahabatan itu subtema aja kalau buatku. Ketiga, ada bumbu-bumbu pelajaran sejarahnya. Dan bagian dari novel ini yang paling aku suka adalah (SPOILER) waktu Raka bilang kalau seandainya perang puputan dijadiin film mungkin bakal mirip sama film The Last Samurai (END). Aku setuju banget dan kalau sampai ada filmnya aku bakal nonton! Soalnya aku selalu terkagum-kagum sama cerita-cerita sejarah yang kayak gini. Keempat, aku suka momen Raka-Nadya yang mengutip dialog-dialog film terkenal. Mereka romantis dengan cara mereka sendiri, tapi gak norak ataupun alay.
                Akhir kata, 3 bintang buat novel ini. Sukses terus buat Mbak Windhy, semoga novel-novel selanjutnya lebih baik lagi!

    Ps. Habis ini aku mau ngereview Hex Hall dari Rachel Hawkins.
     

    Follow @fairynas

    Hilda Febrina
    2 Comments
    3 bintang Challenge New Authors Reading Challenge 2015 Novel Review Young Adult Reading Challenge 2015
    Jumat, 02 Januari 2015

    facebook

    twitter

    google+

    fb share

    About Hilda Febrina

    Related Posts
    < Previous Post Next Post >

    2 komentar

    avatar
    Reply
    Unknown delete 5 Januari 2015 pukul 13.38

    Dibalik kelakuan seseorang pasti memiliki motivasi yg dalam (?) keep on writing '^')9

    avatar
    Reply
    Hilda Febrina delete 8 Januari 2015 pukul 00.53

    wkwk... inan ni mau jadi motivator skrg, skrg" mampir, aku ngereview novel tiap hari sabtu skrang. wkwkwkkwkwk

    Blog Archive

    • ►  2021 (1)
      • ►  Maret (1)
    • ►  2016 (3)
      • ►  November (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  Januari (1)
    • ▼  2015 (5)
      • ►  Desember (2)
      • ▼  Januari (3)
        • Review Novel Fairish by Esti Kinasih
        • Review Novel HEX HALL #1 by Rachel Hawkins
        • Review Novel Let Go by Windhy Puspitadewi
    • ►  2014 (1)
      • ►  Desember (1)
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Labels

    • 3 bintang
    • Essai
    • Hari Primata Indonesia
    • Indonesian Primate Day
    • New Authors Reading Challenge 2015
    • Novel
    • OuTrop
    • Penulis
    • Profauna
    • Review
    • contoh essai
    • fantasi
    • fantasy
    • jadi anggota dpr
    • lcc 4 pilar
    • lcc mpr ri
    • lomba
    • lomba cerdas cermat
    • medspin 2015
    • medspin fk unair
    • parlemen remaja 2015
    • pengalaman
    • rayon banjarmasin

    Mengenai Saya

    Foto saya
    Hilda Febrina
    Berpikir seperti proton, bersikap seperti neutron, dan terlihat seperti elektron. Begitulah hidup.
    Lihat profil lengkapku

    TWITTER

    Tweets by @Fairynas

    Social Share

    Facebook  Twitter  Instagram

    Weekly Posts

    • Contoh Essai Parlemen Remaja
      Haiii... Aku kembali nih, kali aku mau publish essai aku yang aku ikutkan ke ajang Parlemen Remaja 2015 kemarin. Jadi, tadi pagi ada sala...
    • Medspin FK UNAIR 2015: Part 1
      Medspin ( Medical Science and Application Competition) adalah olimpiade kedokteran yang tiap tahun diadakan oleh Universitas Airlangga....
    • Review Novel Let Go by Windhy Puspitadewi
      Judul                : Let Go Penulis              : Windhy Puspitadewi Penerbit            : Gagasmedia Tahun Terbit     : 200...
    • Review Novel Fairish by Esti Kinasih
      Judul                : Fairish Penulis              : Esti Kinasih Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit  ...
    • Medspin FK UNAIR 2015: Part 2
      Medspin FK UNAIR 2015: Part 2             Hai, guys ...’-‘)/  Setelah sebelumnya aku udah cerita tentang pengalamanku ikut babak penyisi...
    • Review Novel HEX HALL #1 by Rachel Hawkins
      Judul                : HEX HALL Penulis              : Rachel Hawkins Penerjemah       : Dina Begum Penerbit            : Ufuk P...
    • LCC 4 Pilar MPR RI Tingkat Kota 2015
                  Hai... Apa kabar semua? Kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku mengikuti LCC 4 Pilar MPR RI tingkat Kota Palangka Raya...
    • Alasan Mengapa Kita Harus Turut Melestarikan Orangutan
             Beberapa minggu lalu, tepatnya tanggal 16 Januari 2016, seorang teman berkata kepada saya, “Kenapa juga kita harus turut melestar...
    • First, Second, and Third
      "Selalu ada kali pertama untuk segalanya."     Sudah enggak asing sama kalimat di atas, kan? Entah siapa orang yan...
    • Untuk Arsip
       

    Like us On Facebook

    link hidup tidak akan tampil di sini!"; content[i].className = "spammer-detected"; } } } blockLinks('comment_block', 'p'); //]]>